Kamis, 20 November 2014

World of Warcraft : My Life as an Addict

Gw seorang gamers, bahkan telah jatuh ke fase addict kala itu. Hidup gw disamping kuliah, hanya diisi oleh game online fenomenal bertajuk World Of Warcraft dengan genre MMORPG (massively multiplayer online role playing game). Gw pernah berada di fase dimana hari hari gw terasa lebih menarik di dalam dunia bernama Azeroth daripada kehidupan gw di Bumi.

Gw mau share masa masa kelam gw kala itu.

Diperkenalkan oleh seorang teman terhadap game addictive besutan Blizzard entertainment ini, gw membuat sebuah karakter dan gw besarkan di dalam dunia itu. Lama kelamaan jadi tertarik, makin tertarik dan akhirnya gw terpuruk di dalam dunia digital sebuat private server yang mengelola game tersebut secara gratis. ya, gratis, bahkan game nya sendiri yang gw miliki adalah bajakan.

Dengan teman teman lainnya, di tempat kos kegiatan kami selalu sama. Pagi sampai malam kuliah tugas online. Hanya itu tak lebih. Itu dulu... beberapa tahun lalu awal awal gw kuliah. Berkenalan dengan sesama player, kami membentuk sebuah guild bernama Anti Huru-Hara. Ya tujuannya hanya untuk bersenang senang. Ketika didalam sana, tidak ada hal lain yang dipikirkan. Hanya apa yang akan kita lakukan kali ini.

Saat itu, praktis kehidupan gw hanya :
Pagi login main game lalu pergi kuliah dengan ingatan tentang game, kemudian pulang kuliah langsung login atau bikin tugas dikit dulu kalo ada, lalu game game game dan game ampe tengah malam bahkan nyaris pagi lagi. Ya, gw jatuh pada fase screen addiction. Beberapa bulan bahkan sekitar setahun gw melakoni kehidupan gelap itu, nilai gw menjadi tumbal kala itu gw gagal 2 blok. Tapi tetap saja game adalah pelarian gw. Hiruk pikuk adu jotos di arena battle ground, keroyokan di raid kala menghajar bos dungeon dan hal lain dari dunia azeroth itu menghilangkan kegalauan akibat dunia nyata.

Gw selalu mengejar hal hal dalam dunia tersebut hingga maksimal. ada satu hal dalam game tersebut yang disebut profesi. Normalnya butuh waktu sekitar 2 minggu  atau lebih untuk memaksimalkannya. Namun, gw berhasil melakoni dalam 3 hari. Sungguh bangga kala itu rasanya.

Namun semua berubah ketika negara api meyerang, eh hacker mengerang. Sehari setelah gw memaksimalkan profesi, teman teman di kosan ribut server kena hack. Dan akhirnya game master alias pengelola memutuskan untuk rollback dan hal yang gw capai hilang sia sia. Depresi, sakit hati dan marah. Namun itu menjadi titik balik gw. Perlahan tapi pasti gw keluar dari zona kelam game tersebut. Terima kasih hacker.

Tak lama setelah itu, game tersebut diupgrade ke patch terbaru kala itu berjudul world of warcraft : cataclysm. Dan gw masih download, namun feelnya berbeda. tidak semenarik masa masa gw terjebak didalamnya. Game tersebut terasa hambar dan gw berhasil memperbaiki performa belajar gw.

Beberapa waktu lalu, game tersebut di downgrade lagi, balik ke patch Wrath of the Lich King. Dan ya, gw masih main dengan 3 karakter kesayangan gw, namun semuanya tidak sama lagi. Teman teman yang dulu sesama addict telah bekerja, menghilang dari peredaran. Dunia itu tidak sama lagi. Berbeda, dan gw merasa hampa di dalamnya. Tidak ada lagi tawa bersama melalui kalimat :lol: yang diikuti tawa dari karakter, tidak ada lagi para sesepuh dunia tersebut yang akrab ketika menumbangkan boss boss dalam raid dungeon. Praktis gw merasa malas untuk memainkannya. Karena perubahan drastis tersebut.

Sekarang, walaupun masih main hanya sekitar 1 jam atau 2 jam gw berjalan dalam dunia itu. Hanya hal hal gak jelas tertawa main main bersama secuil rekan rekan yang masih disana.

Dunia itu telah berubah, dan dunia nyata bagi gw terasa lebih menarik. Dengan semua realita tentang harta, tahta wan cinta yang membayangi, namun keindahan alam nyata lebih menarik daripada rimbunnya hutan Feralas, pemandangan indah pinggiran pantai barat sumatra lebih menggoda daripada teriknya mentari pantai Booty Bay. Kedamaian Dalaran tak mampu membuat gw beralih dari hiruk pikuk perkotaan. Dinginnya Northrend mungkin menggoda, namun panasnya khatulistiwa menggairahkan jiwa. Tawa di dunia nyata jauh lebih berharga daripada tawa dalam Azeroth.Yah, itulah kisah singkat gw dengan Game World of Warcraft, dan akhirnya dari sana gw belajar tentang dunia. Terima kasih Blizzard Entertainment atas masterpiece kalian.

Sekarang gw berani menghadapi dunia nyata dan Azeroth tak lagi tempat gw bersembunyi. Melainkan hanya sebuat tempat nongkrong sesaat.

#fadingout

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar, berkomentarlah dengan bijak