Rabu, 19 November 2014

Fuel Price : Another Perspective

Nah tulisan hari ini masih berkaitan dengan harga BBM. Kita lihat dari sisi yang lebih unik.

Kenaikan BBM menimbulkan respon beragam. Menerima, mengabaikan, penolakan hingga aksi anarkis. Ya begitulah termasuk dari kalangan sejawat sesama mahasiswa. Turun kejalan dengan spanduk bendera tulisan tulisan bahkan aksi teatrikal. Ada juga yang bentrok dengan kepolisian.

Kemaren, teman gw ada yang update status  melalui salah satu media sosial. Intinya gini.

BBM naik... Yok mahasiswa mencari cara untuk energi alternatif daripada demo yang makan energi
Terus terang aksi demonstrasi penolakan kenaikan BBM itu bagus. Merupakan hak konstitusional seseorang terhadap bangsanya. Hak bicara yang dulu terkekang oleh tangan besi pemerintahan akhirnya dibuka secara lebar pasca aksi berdarah di tanah ibu kota. Hasil dari perjuangan bersimbah darah kala itu setelah melumpuhkan gedung dewan, sang jendral pun diturunkan dari tahtanya. Sejak saat itu hak konstitusional untuk demonstrasi berjalan hingga detik ini.

Namun, kita bahas sisi lainnya.

Mahasiswa turun ke jalan bersorak sorak tolak kenaikan harga BBM. Bahkan sampai aksi anarkis. Hasilnya? Masuk rumah sakit, capek, kuliah terabaikan dan lainnya. Belum lagi duit pribadi dan organisasi yang dikeluarkan.

Dalam pandangan "polos" gw yang juga seorang mahasiswa, kenapa tidak kita lakukan sesuatu yang lebih baik dalam menjawab kenaikan harga BBM. Sesuai pernyataan teman gw diatas. Kenapa kita tidak mencari energi alternatif.

Kita lihat negara lain. Jepang telah sukses memasarkan Toyota Prius, sebuah mobil hybrid kombinasi energi listrik dan fosil. Bahkan ajang balapan paling bergengsi pun menyontek teknologi hybrid ini untuk performa supernya. Kita lihat lagi negara negara lain yang juga sudah memulai riset bahkan telah memiliki prototype engine bahan bakar alternatif. Beberapa diantaranya telah diproduksi masal. Ada juga negara lain yang sukses dengan energi pengganti nya. Menggunakan bahan bakar alternative, contohnya Brazil yang telah menggunakannya untuk kendaraan yang beredar di jalanan.

Lah kita? Energi masyarakat habis buat rusuh demo teriak teriak. Kenapa itu energi gak kita manfaatkan untuk inovasi??

Kenapa tidak riset mesin baru? Kenapa tidak berusaha mencari bahan bakar alternative? Atau minimal kenapa tidak kerja sama dengan Brazil mengenai energi? Kenapa oh kenapa why why?

Tapi gak bisa disalahkan sepenuhnya juga pada masyarakat sih ya. Pemerintah kita punya andil yang sangat besar untuk inovasi ini. Masyarakat kita lumayan banyak kok yang kreatif. Tapi kurang disokong oleh republik bahkan sesama rakyat juga mencemooh. Sama seperti saat Habibi membangun pesawat pertama milik Indonesia kala itu. Cemoohan yang terlontar. untung Habibi tegar dan berhasil walaupun sang primadona terpaksa "grounded" akibat krisis ekonomi.

Lupakan Esemka yang menjadi dagelan politik yang membawa seorang walikota melegit memimpin pusat peradaban republik kita. Kita bicara mengenai proyek lain yang seharusnya didukung penuh. Mobil listrik yang fenomenal. Masih ingat mobil sport Tuxuci (kalo g salah gini tulisannya) milik Dahlan Iskan? Sedan sport energi listrik yang akhirnya remuk menabrak tebing? Entah kenapa proyeknya ditinggalkan. padahal sebuah prototype mengalami kecelakaan adalah hal biasa dalam pengembangan. Belum lagi mobil listrik mobil listrik lain yang seharusnya didukung penuh risetnya.

Tapi apa daya, sang jenius yang terlibat dalam proyek tersebut, seseorang yang oleh DI dipanggil pulang ke Ibu Pertiwi untuk inovasi tapi terabaikan olelh negaranya sendiri, sekarang memilih kembali ke luar sana. Dia butuh hidup, dia juga butuh makan. Ilmunya mahal, belum layak untuk republik yang masih berkutat dengan gonjang ganjing kekuasaan. Perut tak bisa kenyang hanya dengan bacotan bacotan nasionalis ,bung!

Semoga kelak republik ini berubah. Semoga mahasiswanya menjadi inovator dan inventor, menelurklan nama nama besar. Semoga republik ini mendukungnya suatu hari nanti. Semoga didengar oleh bapak presiden Ir. H. Joko Widodo. Semoga...

#fadingout

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar, berkomentarlah dengan bijak